Sindhunata - Anak Bajang Menggiring Angin
Buku Sindhunata - Anak Bajang Menggiring Angin
Maka kebisuan mulut dari suara cinta berbicara tentang segala-galanya.
Kebisuan inilah yang membawa Rama dan Sinta meninggalkan dunia. Menerbangkan
mereka ke kerajaan seberang lautan. Di sana mereka menjadi anak-anak,
laki-laki dan wanita, yang tak memikirkan apa-apa dalam hidupnya, kecuali
saling mencinta dan dicinta. Mereka berbicara tanpa bahasa, kecuali bahasa
cinta.
“Sinta, aku mendengar kebisuanmu berbicara. Aku mendengar suara kesunyian
malam yang berbunga dan ketenangan siang yang berbicara,” kata Rama.
“Memang Rama, bertahun-tahun aku mendengar suaramu dalam kesendirianku.
Suaramu mungkin menjadi irama yang lenyap di udara. Dipisahkan samudra raya,
suaramu menghilang dalam kebesaran angkasa, tapi bagiku suara itu bergetar
senantiasa. Siapakah yang dapat mendiamkan suara cinta?” kata Sinta.
Maka beradalah mereka dalam suatu suasana yang lebih dalam daripada
gambiralaya kedalaman samudra, suasana yang lebih tinggi daripada langit di
lapisannya yang ketujuh, suasana yang lebih jauh daripada cakrawala, suasana
yang melebihi hidup dan kematian, suasana cinta yang tak mengenal
batas-batasnya. Ketika itu ada awan lewat menutup matahari. Namun terang tak
berhenti memancar dari mata Sinta. Mata itu bening, karena telah bermandikan
derita. Rama serasa iri untuk memiliki mata yang demikian tabah. Dan
tidakkah keindahan Sinta hari ini adalah buah hasil ketabahannya untuk
menderita?
Itulah sepenggal ekspresi tentang makna cinta yang dengan sangat indah
dilukiskan dalam novel ini. Tak banyak karya sastra Indonesia yang dicetak
ulang berkali-kali seperti buku Anak Bajang Menggiring Angin ini. Banyak
pembaca mengaku telah menemukan pegangan yang menguatkan dan mencerahkan
hidupnya. Beberapa penggal kisah dan dialognya telah menyadarkan mereka akan
arti penderitaan yang singgah dalam hidup mereka, akan kekuasaan atau
jabatan yang mereka emban, persahabatan dan kebersamaan yang mereka jalin,
keadilan dan kerendahan hati di tengah segala kepalsuan hidup.
Para pengamat sastra mengatakan bahwa kisah buku ini merepresentasikan
perlawanan mereka yang lemah dan tak berdaya menghadapi absurditas nasib dan
kekuasaan. Dengan imajinasi simbolik yang sangat kaya disertai penggalian
makna-makna filosofis yang sangat dalam, buku ini mampu menghidupkan kembali
kisah klasik Ramayana dalam bentuk sebuah karya sastra yang indah dan sangat
enak untuk dinikmati.
Judul: Anak Bajang Menggiring Angin
Penulis: Sindhunata
Penerbit: Gramedia
Tahun Terbit: 2018
Halaman: 496 hlm.
Kategori: Novel
Kelas: Sastra
ISBN: 978-602-03-1252-1
Link pembelian buku via marketplace:
BUKALAPAK | TOKOPEDIA | SHOPEE